Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

The Best Beach & Best View in West Java

U jung Genteng are in Sukabumi, West Java 6 hours drive from Jakarta or from Bandung. Sunset and sunrise, is the best view in this place. The small waves, blue sea and clean. In Pangumbahan beach, is the best place with the white sand. Y ou can see the green turtles baby go to the sea during the afternoon and saw her mother laying eggs. So, I think Ujung Genteng is the best beach and the best view in west Java which is worth visiting! Fish eye sunset in Ujung Genteng beach, Sukabumi West Java

Selamat Menjalani Ritual Pilkada Subang Teman-teman

TEMAN-teman baru saya di Kota Subang saat ini, Agustus 2013, sedang bersiap menyambut pemimpin baru mereka, Bupati dan Wakil Bupati Subang. Dari diskusi-diskusi ringan kami, teman-teman saya ini, sebagian bersikap terang-terangan memuji calon jagoan mereka. Bahkan mencak-mencak menilai para calon pemimpin mereka, tidak ada satupun yang layak, dan memutuskan untuk datang ke TPS, kemudian mencoreti kertas suara dengan tulisan, bulshit!

Saya Pernah Galau Setengah Mati!

SABTU dini hari, pekan terakhir di Agustus 2013. Mata masih terjaga, teh poci panas tawar menemani. Saya membaca beberapa tulisan yang pernah saya posting di luar blog ini. Mencari tulisan-tulisan yang sekiranya cukup mellow. Dan akhirnya, saya menemukan tulisan saat saya sedang galau setengah mati karena harus berpisah dengan perempuan. Saya masih ingat saat itu, saya bisa realistis ketika menerima sebuah perpisahan. 

Menyapa Kemiskinan Dan Keterbatasan di Daerah Terpencil

SUHU udara di Desa Pangarengan Kecamatan Legon Kulon Kabupaten Subang menuju siang menunjukkan angka 32 derajat celcius. Dengan infrastruktur jalan desa yang rusak berat ; berlubang, bergelombang serta tekstur jalan tanah merah dan kerikil, membuat kendaraan roda empat yang kami naiki, terkadang tergelincir karena licin. Beruntung, sejumlah kendaraan roda empat yang hendak menuju Dusun Cirewang, sebuah tempat terpencil di ujung utara Subang ini tidak amblas karena jalan yang berlumpur, di tengah hutan mangrove dan area rawa yang sepi.

Menjajal Puncak Mega Malabar

SEJAK kecil, dari lantai dua rumah saya, terlihat jajaran pegunungan yang memanjang. Banyak orang menyebut, gunung yang bisa terlihat dengan jelas dari bagian belakang rumah saya itu bernama Gunung Malabar. Gunung Malabar sendiri, seperti yang banyak ditulis orang, merupakan komplek gunung api yang di sekitarnya terdapat beberapa puncak gunung. Puncak Mega, puncak Gunung Puntang, puncak Gunung Wayang, puncak Gunung Haruman. Pegunungan Malabar ini membentang dari Kabupaten Garut hingga Kabupaten Bandung, tepatnya di Kecamatan Pangalengan. Gunung Manglayang

Di Negeri Narnia

SINAR mentari pagi menghangatkan pagi di Cemoro Lawang yang telah menyambut keindahan Bromo di atas ketinggian 2400-an mdpl. Kabut-kabut tebal telah lenyap dari kaldera Bromo. Semuanya kembali terang benderang dan embun-embun masih bergelayut di ujung rumput.

Jelajahi Bromo Menggunakan Motor! Amazing Bromo, Amazing Indonesia!

DARI Kota Bandung, ratusan kilometer dari Cemoro Lawang, kampung terdekat dengan Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru, jauh-jauh hari saya sangat tertantang menjelajahi setiap sudut Bromo, menggunakan roda dua.  Apalagi, sebelum ke Bromo, ketika melihat sunrise di puncak Pananjakan dengan waktu tempuh saat dini hari sebelum adzan Shubuh berkumandang, suhu udara bisa mencapai 4 derajat celcius, sangat memacu adrenaline untuk bisa merasakannya. Selain itu, menggunakan motor, komunikasi intens dengan pengendara roda dua yang mengantarkan kita ke sejumlah lokasi, bisa terjalin dengan baik. Sehingga, dengan fokus, kita bisa tahu lebih dalam tentang Bromo, terlebih lagi, kehidupan sehari-hari masyarakat suku Tengger.

Jangan Takut Ke Bromo! #4 - Eksotisme Cemoro Lawang

KEBESARAN nama Kerajaan Majapahit bisa terasakan ketika tiba di Dusun Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Bagaimanapun juga, konon katanya, masyarakat Dusun Cemoro Lawang yang mayoritas Suku Tengger, leluhurnya adalah masyarakat kerajaan Majapahit. Dikisahkan, saat detik-detik kehancuran Majapahit, masyarakat sekitar kerajaan melarikan diri ke berbagai daerah. Diantaranya, mereka hijrah ke pegunungan Tengger dan berbaur kemudian melanjutkan kehidupan baru hingga sekarang. Dusun Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Probolinggo dilihat dari puncak Pananjakan bersamaan dengan sunrise bromo Mayoritas warga Dusun Cemoro Lawang yang bersuku Tengger ini, beragama Hindu. Pada waktu-waktu tertentu, mereka merayakan hari kebesaran mereka dengan ritual adat istiadat mereka, seperti melemparkan hasil-hasil alam ke dalam kawah Gunung Bromo. Tempat peribadatan mereka sendiri, pura, terbilang estetis karena lokasinya berada di bawah Gunung Bromo dan

Jangan Takut Ke Bromo! #3 - Catalonia Yang Membara di Cemoro Lawang

SAYA masih menggunakan satu lapis jaket Barcelona ketika waktu di Cemoro Lawang menunjukkan pukul 20.00. Setidaknya, itu upaya untuk menantang dinginnya hawa Cemoro Lawang. Nasi campur ditemani teh panas tawar menjadi menu makan malam saya di malam pertama di Cemoro Lawang. Seorang pria asing menghampiri warung dan duduk di depan saya di warung tersebut. Rupanya rokok miliknya ketinggalan dan tanpa sungkan, dia meminta satu batang rokok milik saya. Belakangan, setelah berkenalan, dia bernama Unai, pria 33 tahun asal Spanyol. "May I take your cigarette," kata Unai.

Jangan Takut Ke Bromo! #2 - Jalan Kaki Dari Cemoro Lawang

SETELAH turun dari kendaraan "byson" di Cemoro Lawang, udara segar sore hari langsung terasa bersama hembusan angin. Bentangan langit menampakkan biru yang sempurna. Pemilik warung tepat di dekat elf berhenti, langsung menawarkan penginapan. "Penginapan air panas Rp 150 ribu mas," kata seorang pria yang belakangan diketahui namanya pak Santoso. Saya pun mencoba menawarnya setengah mati. Namun, tetap saja dia tidak bergeming dengan harga yang ia tawarkan. Informasi yang saya dapatkan, harga penginapan kelas home star di Cemoro lawang ini sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Mungkin karena saat berkunjung kesana masih dalam suasana libur lebaran, harga penginapan jadi dipatok hingga Rp 150 ribu. Dengan pertimbangan harga yang ditawarkan masih belum menguras isi dompet, akhirnya saya menerima tawaran satu kamar. Tepat di depan Cemara Indah. Di penginapan pak Santoso ini, ia juga memiliki warung makanan yang dikelola oleh anaknya. Gunung Bromo dan Gunung B

Jangan Takut Ke Bromo Sendirian #1

RUTINITAS pekerjaan menjelang hari raya Idul Fitri tahun ini sangat padat. Bahkan, saya baru bisa libur pada H-2. Formulir cuti sudah disebar pada sejumlah karyawan. Tidak terkecuali saya. Namun, sengaja saya tidak mengambil cuti sebelum lebaran. Saya lebih prepare untuk mengambil cuti setelah lebaran. Ketika teman-teman saya kembali bekerja, saya sedang cuti. Foto-foto Gunung Bromo selalu berkelebat dalam pikiran saya. Hingga akhirnya, setelah penelitian pustaka tentang rute dari Bandung menuju Bromo, kemudian mencari-cari tiket di saat arus mudik dan balik yang harganya selangit, akhirnya saya pun berangkat.

Film Referensi Untuk Orang Kaya Rawan Miskin

PERDEBATAN tentang pasar bebas, globalisasi dan kapitalisme yang sering dibahas selama ini tidak hanya soal kemiskinan saja sebagai akibat dari sistem tersebut. Namun, satu hal yang terlupakan dari perdebatan itu ialah tentang kelas menengah yang justru rawan miskin karena kalah bersaing. Seperti halnya diceritakan dalam film Assault on Wall Street. Dikisahkan, seorang pekerja kelas menengah di Amerika yang hidup dengan asuransi seadanya, Jim, berinvestasi di pasar saham Wall Street dan di dalam dompetnya terselip beberapa kartu kredit.